Genba, Genbutsu, Genjitsu
Bagi kita yang sering berinteraksi dengan orang Jepang, hampir dipastikan sudah tidak asing lagi dengan istilah Genba, Genbutsu dan Genjitsu, atau yang biasa disingkat 3 Gen. Uniknya, sampai saat ini belum ada terjemahan yang tepat mengenai ketiga istilah ini. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “Genba” adalah istilah dalam bahasa Jepang yang bila di-inggris-kan menjadi “Gemba”.
Sebenarnya “gen” berarti aktualitas atau realitas. Dengan demikian, kata “gen-ba” bisa diartikan “tempat aktual”. Dalam istilah manufaktur, kita bisa artinya bahwa yang dimaksud adalah lokasi dimana suatu pekerjaan dilakukan (TKP). Kanji dari genba dituliskan sebagai berikut.
Bila kita hanya mendengar kata genba, mungkin tidak akan banyak artinya, sebelum kita pelajari dulu maksud dari gen lainnya. Kata kedua adalah gen-butsu. Butsu sendiri berarti kondisi dari barang. Dalam istilah manufaktur dan dengan memperhatikan arti dari gen-ba, kita dapat menanyakan kepada diri sendiri “bagaimana kondisi suatu barang di lokasi kerja ketika pekerjaan tersebut dilakukan?” Hal-hal apa yang kita perhatikan?
Bagaimana kondisi desain, kualitas, proses, orang, metode, equipment dan sebagainya. Bila kita berpikit genba dan genbutsu, kita diminta untuk mengamati apakah kondisi-kondisi tadi berubah atau menyimpang dari standar. Ini merupakan dasar dari standarisasi dalam setiap aspek bisnis. Kanji dari genbutsu dilukiskan sebagai berikut.
Kata ketiga adalah gen-jitsu. Situasi aktual. Kita harus melihat kenyataan sehingga kita bisa mengerti perbedaan antara kenyataan dan standar. Kita tidak melihat apa yang seharusnya berlangsung, karena kita pasti sudah tahu itu. Kita melihat pada situasi aktual atau fakta-fakta. Ini akan membantu kita untuk menggali akar penyebab dengan lebih dalam. Kanji dari genjitsu dilukiskan sebagai berikut.
Jika kita hanya memikirkan standar, kita cenderung hanya duduk diskusi bersama dalam ruang rapat sambil menerka-nerka mengapa equipment, orang, material dan proses tidak sesuai dengan standar. Satu-satunya cara untuk mengetahui kondisi nyata adalah dengan pergi ke lokasi aktual, mengamati kondisi aktual dan mengumpulkan fakta. Ini akan mendorong pengertian yang benar mengenai realitas.
Jika tidak, solusi yang kita pikirkan di ruang rapat lebih ke arah problem-problem yang belum tentu terjadi demikian. Inilah alasan mengapa pemecahan masalah selalu diawali dengan kata-kata “go and see for yourself, in the workplace where the work is actually happening”.
3 Gen ini sangat umum bagi orang Jepang dan memang sangat baik untuk diterapkan. Akhir-akhir ini prinsip 3 Gen juga diadaptasi oleh lean manufacturing system dan problem solving system secara umum, karena dapat memberikan gambaran yang tepat. Saat ini 3 Gen juga berkembang tidak hanya di manufaktur, tetapi juga di lingkungan kantor atau pekerjaan administrasi.
Pada lingkup ini, genba bisa diartikan sebagai meja kerja, butsu adalah kondisi barang atau output yang dihasilkan, misalnya dokumen, hasil uji laboratorium, atau ruang tertentu seperti ruang server IT yang biasanya terpisah dari kantor utama. Sedangkan genjitsu adalah semua fakta yang menyertai pekerjaan yang menghasilkan output tadi.
Bagi Anda yang bekerja bukan di area manufaktur, penerapan 3 Gen akan memberikan sedikit pencerahan dalam melihat atau menyikapi problem yang ada. Yuk, kita coba…!!.
(http://internal.astra-honda.com)