TUGAS MATA KULIAH ILMU SOSIAL DASAR
“BROKEN HOME”
Disusun Oleh:
Nama : Lukman Hakim Naim
NPM : 34410078
Kelas : 2-ID05
Tugas : Ilmu Sosial Dasar
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi.
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.
Yang dimaksud kasus broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu (1) keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai, (2) orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya sering tidak sesuai. Mereka mengalami gangguan emosional bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah tentang verisi konflik ini bertujuan agar mahasiswa/i dapat mengetahui pengertian broken home dan faktor-faktor penyebab terjadinya broken home.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Broken Home
Arti broken home dalam bahasa Indonesia adalah perpecahan dalam keluarga. Broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian.
Pengertian Broken Home Istilah “Broken Home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat sering terjadi konflik yang menyebabkan pada pertengkaran yang bahkan dapat berujung pada perceraian. Hal ini akan berdampak besar terhadap suasana rumah yang tidak lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya sehingga berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja. Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika remaja diharapkan pada kondisi “brokenhome” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami broken home, remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi berkepanjangan. Faktor lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada dilingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak menutup kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan yang tidak baik.
2.2 Faktor-faktor Terjadinya Broken Home
Faktor-faktor Penyebab Broken Home Adapun faktor-faktor yang menyebabkan broken home adalah:
Terjadinya Perceraian Faktor yang menjadi penyebab perceraian adalah pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; dan faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas, emosionalitas, kedua, kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah keluarga: ketiga, pengaruh perubahan dan norma yang berkembang dimasyarakat. 2.6.2 Ketidak dewasaan Sikap Orang Tua Ketidak dewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrisme. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan segala cara. Egoisme orang tua akan berdampak kepada anaknya, yaitu timbul sifat membandel, sulit disuruh dan suka bertengkar dengan saudaranya. Adapun sikap membandel adalah aplikasi dari rasa marah terhadap orang tua yang egosentrisme. Seharusnya orang tua memberi contoh yang baik seperti suka bekerja sama, saling membantu, bersahabat dan ramah. Sifat-sifat ini adalah lawan dari egoisme dan egosentrisme.
Orang Tua yang Kurang Memiliki Rasa Tanggung jawab Tidak bertanggung jawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern dikota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Mengapa demikian? Karena filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang. Jika telah kaya berarti suatu keberhasilan, suatu kesuksesan. Disamping itu kesuksesan lain adalah jabatan tinggi.
Jauh dari Tuhan Segala sesuatu perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab, Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan terjadi. Karena dari keluarga tersebut akan lahir anak-anak yang tidak taat kepada Tuhan dan kedua orangtuanya.
Adanya Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran suami-istri yang sering menjurus kearah perceraian.
Kehilangan Kehangatan Didalam Keluarga Antara Orang Tua dan Anak Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan didalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, shalat berjamaah dirumah dimana ayah menjadi imam,sedang anggota yang lain menjadi jamaah.
Adanya Masalah Pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya brokenhome. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan dikeluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin akan menimbulkan perceraian. Jika pendidikan agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan akan diatasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat dihindari.
BAB III
ANALISIS DAN SOLUSI
3.1 Analisis
Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungandi dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisieksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapatsedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.
Faktor internal
Remaja yang terlibatperkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasipadasituasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragamanpandangan, budaya, tingkatekonomi, dan semua rangsang darilingkungan yang makinlama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiaporang. Tapipada remaja yang terlibatperkelahian, mereka kurang mampu untukmengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya.
Indikatornya
Mereka biasanya mudah putus asa, cepatmelarikan diridarimasalah, menyalahkanorang /pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkatuntuk memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwamereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak pekaterhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Merekabiasanya sangat membutuhkan pengakuan.
Faktor keluarga
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelasberdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajarbahwa kekerasan adalahbagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajarkalau ia melakukan kekerasan pula.Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuhsebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik.
Indikatornya
Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara totalterhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas yang dibangunnya. Cenderung pasiftidak respon terhadap apa yang ada disekitarnya, serta tidak memiliki inisiatif untukbertindak sendiri untuk lebih mandiri.
Faktor sekolah
Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidiksiswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitaspengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untukbelajar(misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidakrelevan denganpengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebihsenang melakukan kegiatan di luarsekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itumasalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnyaguru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokohotoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentukberbeda) dalam “mendidik” siswanya.
3.2 Solusi
Untuk mengatasi masalah tawuran antar pelajar, di sini penulis akan mengambil duateori. Yang pertama adalah dari“Kartini Kartono”. Dia menyebutkan bahwa untukmengatasi tawuran antar pelajar atau kenakalan remaja pada umumnya adalah:
- Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri, dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
- memberi kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang baik dan sehat
- memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan pengembangan bakat dan potensi remaja.
Teori yang kedua adalah dari“Dr yfoos”, dia menyebutkan untuk mengatasitawuranpelajaratau kenakalan remaja pada umumnya harus diadakan program yang meliputiunsur-unsur berikut:
- program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedarberfokus pada kenakalan
- program harus memilikikomponen-komponen ganda, karena tidakada satu pun komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi kenakalan
- program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk mencegah masalah belajar dan berperilaku
- sekolah memainkan peranan penting
- upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan individual,yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak yangkurang beruntung
- memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program unik bagisetiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-anak yang berisikotinggi untuk menjadi nakal
- manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat progr am tersebutdihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang sifatnyaberkesinambungan.
REFRENSI